Keterbatasan energi akan menjadi hambatan berikutnya dalam industri TI, menurut salah satu pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, ia mengatakan bahwa kekeringan GPU yang berkepanjangan pada dasarnya telah berakhir, dan pertumbuhan serta pengembangan AI tidak akan dibatasi oleh kendala modal dalam waktu dekat. Sebaliknya, permasalahan energi akan menjadi masalah besar berikutnya.
Zuckerberg mengatakan kepada pewawancara Dwarkesh Patel bahwa dengan berakhirnya kekeringan GPU, bisnis akan tergoda untuk “menginvestasikan banyak uang untuk membangun hal-hal ini,” seperti pusat data. Namun, sebelum modal menjadi sebuah pertanyaan, industri akan dihadapkan pada kendala energi, menurut Zuckerberg.
Untuk mendukung pernyataannya, bos Facebook tersebut mengamati bahwa banyak pusat data baru mengonsumsi 50 hingga 100 megawatt, terutama pusat data berukuran besar yang “mungkin 150 megawatt.” Tampaknya hanya masalah waktu sebelum pusat data mulai membutuhkan 300 atau 500 megawatt, atau bahkan mencapai satu gigawatt.
Berapa lama pelatihan AI eksponensial dan kurva energi akan bertahan – Zuckerberg bertanya secara retoris. Pertanyaan ini membawa topik produksi energi menjadi fokus. CEO Facebook menyoroti bahwa produksi energi mungkin layak untuk diinvestasikan dalam waktu dekat.
Membuat pembangkit listrik baru bukanlah tugas yang mudah. Dengan mempertimbangkan peraturan (khususnya terkait energi nuklir), perencanaan saluran listrik, dan konstruksi, diperlukan waktu bertahun-tahun mulai dari penyusunan rencana hingga aliran listrik ke jaringan listrik.
Contohnya Georgia
Dalam artikel yang tepat waktu, WSJ mengamati secara dekat negara bagian Georgia di AS dan bagaimana negara tersebut menghadapi pembukaan banyak bisnis teknologi dan industri.
Banyak bisnis baru yang “menghisap listrik dalam jumlah besar,” catat WSJ. Pada saat yang sama, negara-negara berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, sehingga menarik bisnis-bisnis utama sambil menjamin pasokan energi mereka menjadi sulit. Yang membuat segalanya menjadi lebih rumit adalah pertanyaan mengenai permintaan dan penawaran yang mempengaruhi harga dan pasokan konsumen.
Ke depan, fleksibilitas tampaknya menjadi kuncinya, dengan memanfaatkan beragam sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, menggunakan baterai untuk manajemen lonjakan listrik, menggunakan nuklir jika tersedia, dan secara pragmatis menggunakan sumber daya bahan bakar fosil sesuai kebutuhan.
Menariknya, dan relevan dengan wawancara Zuckerberg di atas, WSJ mencatat bahwa Meta/Facebook berkolaborasi dengan koperasi Georgia dan pengembang tenaga surya bernama Silicon Ranch, untuk membantu memberi daya pada pusat datanya.